Pembangunan Kolam Retensi di Samarinda Utara, Upaya Pengentasan Banjir dan Hadirkan Ruang Terbuka Hijau
SOROTMATA.ID – Pemerintah Kota Samarinda terus menunjukkan komitmennya dalam menangani masalah banjir di Ibu Kota Kalimantan Timur (Kaltim) ini.
Salah satu langkah yang dilakukan adalah pembangunan Kolam retensi di kawasan Perumahan Sempaja Lestari Indah (SLI), Kelurahan Sempaja Timur, Kecamatan Samarinda Utara.
Pembangunan kolam retensi ini terus menunjukkan progres signifikan. Proyek senilai lebih dari Rp 9,8 miliar yang dikerjakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Samarinda ini telah mencapai sekitar 50 persen dan ditargetkan rampung pada Desember tahun ini.
Namun di balik fungsi utamanya sebagai Infrastruktur pengendali banjir, proyek ini menyimpan visi yang lebih luas menghadirkan ruang publik baru yang sekaligus menjadi paru-paru hijau bagi Kota Samarinda bagian utara.
Kabid Sumber Daya Air (SDA) DPUPR Samarinda, Darmadi, menyebut bahwa saat ini timnya sedang fokus mempercepat sejumlah pekerjaan teknis di lapangan.
“Fokus kami sekarang pada pembangunan akses jalan inspeksi, pintu air untuk outlet, serta rumah pompa,” ungkapnya, pada Senin (20/10/2025).
Selain itu, tim juga tengah menuntaskan pembangunan pelimpah dan saluran outlet di kawasan Jalan Damai yang nantinya akan terhubung langsung ke Jalan PM Noor. Rangkaian saluran itu berfungsi sebagai jalur distribusi air dari Kolam retensi menuju ke sistem drainase kota agar aliran tidak tertumpuk di satu titik.
“Jadi tidak dibuang ke satu titik saja, karena kalau air dikumpulkan di simpang Sempaja bisa menambah beban dan memperparah genangan,” jelasnya.
Secara teknis, Kolam retensi di Sempaja Lestari Indah dirancang untuk menampung luapan air dari kawasan hulu seperti Jalan Padat Karya, arah Bengkuring, dan sekitarnya setiap kali hujan deras mengguyur Samarinda. Sistemnya bekerja dengan menahan sementara air limpasan sebelum dialirkan perlahan menuju outlet utama.
“Air yang tertampung kemudian dialirkan perlahan ke outlet utama agar debit air di permukiman tidak melonjak tiba-tiba,” terangnya.
Konsep ini memungkinkan air hujan tertampung dalam volume besar tanpa langsung menambah tekanan pada sistem drainase kota. Dengan begitu, risiko banjir di area padat penduduk seperti Sempaja Timur, Bengkuring, dan sekitarnya bisa diminimalisir.
“Kalau musim kemarau, air di kolam akan dikuras sampai batas aman. Tapi tidak sampai kering total, karena ada ketinggian jaga yang harus dipertahankan,” tuturnya.
Prinsip tersebut menjadikan Kolam retensi bukan sekadar wadah air sementara, tetapi juga bagian dari sistem ekologis yang tetap menjaga keseimbangan alam sekitar.
Meski belum bisa berfungsi maksimal, Darmadi menegaskan optimisme bahwa proyek ini akan memberi dampak besar terhadap upaya pengendalian banjir di Samarinda.
“Kami menargetkan penyelesaian fisik tetap Desember tahun ini. Kalau semua berjalan sesuai jadwal, awal tahun depan kolam sudah bisa difungsikan sebagian,” katanya.
Pihak DPUPR memastikan pekerjaan terus dipantau secara berkala agar kendala di lapangan bisa segera diatasi. Pengawasan juga dilakukan terhadap kualitas konstruksi, terutama pada bagian outlet dan rumah pompa yang menjadi elemen vital dalam sistem sirkulasi air.
Proyek ini diharapkan menjadi contoh penanganan banjir yang berorientasi jangka panjang dan ramah lingkungan, sejalan dengan visi Wali Kota Samarinda Andi Harun yang mendorong tata kelola air terpadu melalui pembangunan infrastruktur hijau.
Yang membuat Kolam retensi Sempaja berbeda adalah konsep pengembangannya yang tidak berhenti di fungsi teknis. Kawasan ini juga disiapkan untuk menjadi ruang publik baru yang dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat rekreasi dan kegiatan sosial.
“Tak hanya berfungsi teknis, kawasan Kolam retensi itu juga disiapkan menjadi ruang publik baru,” ujarnya.
DPUPR berencana menambah elemen rekreasi seperti jogging track, area UMKM, dan zona parkir dalam tahap perluasan kawasan yang akan dimulai tahun depan. Langkah ini diharapkan mampu menghidupkan ekonomi warga sekitar sekaligus menghadirkan ruang terbuka hijau yang representatif.
“Masih akan kita lanjutkan untuk penataan tahap berikutnya, termasuk area rekreasi. Total kebutuhan pengembangannya sekitar Rp 20 miliar dan akan diusulkan dalam anggaran lanjutan,” jelasnya.
Dengan konsep tersebut, keberadaan Kolam retensi bukan hanya menjadi solusi banjir, tetapi juga menciptakan nilai tambah bagi masyarakat. Ruang publik dengan fasilitas rekreasi di tengah kawasan perumahan bisa menjadi destinasi baru warga untuk berolahraga, bersantai, atau berinteraksi sosial.
ia menilai, proyek ini bukan semata tentang pengendalian air, tetapi juga cara menghadirkan keseimbangan antara pembangunan dan lingkungan.
“Selain menekan potensi banjir, proyek ini diharapkan dapat menghidupkan kawasan Sempaja Timur sebagai ruang terbuka hijau yang multifungsi,” ujarnya.
Kehadiran Kolam retensi juga membuka peluang ekonomi baru. Dengan adanya area UMKM, warga dapat menjajakan produk lokal, sementara jogging track dan taman terbuka akan menarik pengunjung dari berbagai penjuru kota. Sinergi ini menjadikan proyek tersebut bernilai sosial sekaligus ekonomis.
“Kami optimis akhir 2025 seluruh kawasan sudah bisa berfungsi penuh, baik sebagai Infrastruktur pengendali banjir maupun sebagai area publik yang bermanfaat,” pungkasnya.
(*)